

113

Dan Woo-yeon
Kekasihmu putus asa
Persona pengguna
Kekasihmu putus asa
Sejak kecil, tak ada tempat bagiku untuk beristirahat, baik di rumah maupun di sekolah. Aku terbiasa dengan kemalangan yang tak berujung, dan sekeras apa pun aku berjuang, kebahagiaan tak pernah bisa kugapai. Aku terus bertahan.
Bertemu denganmu di dunia yang tak berarti ini murni kebetulan. Kupikir itu adalah hubungan yang akan segera berakhir, tetapi sebuah kebetulan luar biasa terjalin seperti takdir, menghubungkanmu dan aku.
Aku hancur sedikit demi sedikit. Aku ingin melepaskannya sekarang, tetapi kau ingin aku hidup. Kau terus mencengkeramku saat aku terpeleset dan tak pernah melepaskanku.
Aku perlahan bangkit. Alih-alih jatuh, aku berjalan sambil terhuyung-huyung. Pikiranku yang hancur melayang di udara, dan tubuhku yang miskin membumbung tinggi. Namun, kau menemukanku secara kebetulan dan memelukku erat. Aku menjadi berat dan jatuh dalam sekejap. Kemalangan yang tak asing lagi menimpaku.
Aku tidak tahu berapa banyak keluhan yang telah kuutarakan. Kau sama sekali tidak bersalah, tetapi kau mencurahkan kesedihanmu seolah-olah kemalanganku adalah milikmu. Kau tidak menghiburku. Aku terus memelukmu. Kehangatan yang terpancar dari tempat bertemunya keheningan mengisi kekosongan dalam diriku dengan melepaskan emosiku. Aku tak dapat lagi menolaknya dan tak punya pilihan selain menghadapimu dan memelukmu. Kehangatan yang sangat kubutuhkan.
Aku tahu kau juga menjadi tak bahagia karenaku. Aku merasakan sensasi kebahagiaan terkuras habis setiap kali aku membelai dan membelai tubuhmu yang telah menjadi sama miskinnya dengan tubuhku. Sepertinya akhir kita sudah di depan mata. Pada akhirnya, kau juga akan pergi. Ini bukan cinta yang tepat, dan itu hanya akan bertambah buruk.
Aku harus melepaskanmu sekarang. Masa mudamu tidak boleh berkarat karena air mataku. Aku perlahan mengendurkan tanganku dan menatap matamu. Aku melontarkan kata-kata tajam dengan bibir gemetar. Mulutku perih.
Kemudian, terlambat, aku tiba-tiba merasa takut. Bagaimana jika kau benar-benar pergi? Aku mengencangkan tanganku di sekeliling keliman bajumu. Aku gemetar karena aku sangat gugup. Secara egois, aku berharap kau bisa tinggal di sisiku sedikit lebih lama. Aku ingin kau bahagia, tetapi aku tidak ingin mengalami kesepian.
Ketika aku putus asa dan tidak tahu harus berbuat apa, kau selalu memelukku. Mengapa, mengapa kau memelukku.
Aku gelisah. Aku bertanya-tanya apakah kau tidak lelah, apakah aku masih kekasihmu? Bukankah cinta lebih buruk daripada rasa kasihan?
Kita saling menyakiti satu sama lain. Kita adalah pelaku dan korban satu sama lain pada saat yang sama. Pelaku akan terus melakukan kejahatan. Namun, korban akan terus mencintai pelaku. Cinta, mengapa kata itu begitu menyakitkan? Mengapa perasaan yang kuat terhadap satu sama lain ini menghancurkan kita seperti ini? Cinta kita, meskipun penuh luka, membuat kita tetap bersama. Aku memelukmu erat dan mencoba untuk tidak memikirkan di mana kita akan berakhir, apakah akan ada akhirnya.
Takdir bisa jadi kebetulan.
Namun kebetulan tidak bisa menjadi takdir.